PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Konselor adalah seorang yang
benar-benar memiliki kompetensi dan profesionalisme dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling. Khusus layanan konseling, konselor dituntut memiliki
kemampuan lebih untuk menafsirkan kemauan dan kehendak klien. Dalam hal
mengungkapkan pokok permasalahan klien, ada beberapa teknik yang harus dikuasai
oleh konselor.
Teknik konseling tersebut
digunakan agar klien merasa ia diperhatikan sekaligus membuat ia nyaman berada
di samping konselor. Dengan begitu, segala hal yang belum terekspos oleh klien,
dapat dipahami oleh konselor. Teknik-teknik konseling tersebut dan adalah
berempati kepada klien dan memberikan tindakan refleksi.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Seperti
apa teknik empati dalam konseling?
2.
Bagaimana
refleksi bisa membuat klien merasa lebih baik dan dihargai?
3.
Seperti
apa contoh dialog dengan menggunakan empati dan refleksi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Empati
Pada dasarnya konselee yang kita
hadapi biasanya hanya menampilkan diri mereka sebagian saja dan tidak utuh.
Bahkan seringkali mereka berusaha menutupi sebagian besar diri mereka. Konselee
jarang menampilkan dunia dalam diri mereka, kecuali teerhadap orang yang mereka
percayai. Orang yang mendapatkan kepercayaan ini adalah orang yang dapat
memahami dan merasakan isi pikiran, pengalaman hidup, maupun perasaan
mereka.
Oleh sebab itu keberhasilan konseling sangat ditentukan oleh kemampuan kita berempati. Jika kita mampu berempati terhadap konselee, maka konselee akan lebih terbuka. Dengan demikian, konseling pun akan berjalan dengan lebih lancar sesuai dengan klien yang terbuka dan jujur terhadap konselor.
Oleh sebab itu keberhasilan konseling sangat ditentukan oleh kemampuan kita berempati. Jika kita mampu berempati terhadap konselee, maka konselee akan lebih terbuka. Dengan demikian, konseling pun akan berjalan dengan lebih lancar sesuai dengan klien yang terbuka dan jujur terhadap konselor.
Dan Zimmer menjelaskan juga dalam
bukunya Willis (2004), bahwasanya konselor yang menggunakan empati cendrung
mengunakan attending dimana komponen di dalamnnya juga mengunakan empati
seperti kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Oleh sebab itu empati
sangat dekat sekali dengan attending, paraphrasing, dan refleksi feeling. Dan
bahkan atennding juga amat besar perannya dalam empati.
Secara harfiah, empati adalah
seseorang masuk ke dalam diri orang lain dan menjadi orang lain agar merasakan
dan menghayati orang lain, maka kan timbul penilayaan bahwa orang tersebut
mustahil bisa melakukan hal tersebut. Sebab menurut pengertian secara harfiah
itu orang masuk ke dalam orang lain, jadi hal itu tidak mungkin.
Menurut Carl Rogers empati
bukanlah sesuatu yang sifatnya kognitif, namun meliputi emosi dan pengalaman.
Oleh sebab itu empati juga harus harus di pahami lewat arti kata. Empati
verasal dari “einfiihlung” yang banyak di tulis oleh psikolog Jerman untuk
menjelaskan mengenai “memasuki perasaan orang lain (feeling into).” Namun ada
juga yang mnegatakan bahwa empati berasal dari Yunani yakni”pathos” yang
artinya perasaan yang mendalam atau kuat dan yang menyerupai perkataan
menderita serta ditambah dnegan imbuhan kata “in” atau “em”. Hal ini hampir
sama dnegna simpati. Namun jika simpati hanya perasaan di luar saja sedangkan
empati memiliki arti yang lebih mendalam memahami orang lain.
B.
Tujuan Empati dan Contoh Empati
Adapaun tujuan dari empati yang
digunakan oleh konselor adalah agar calon konselor mampu memasuki dunia dalam
klien melalui ungkapan-ungkapan empati baik itu empati primer maupun empati
tingkat tinggi yang menyentuh perasaan klien. Jika demikian keadaannya maka
klien akan terbuka dan mau mengungkapkan dunia dalamnya lebih jauh. Baik itu
perasaan, pengalamnnya, dan pikirannya.
Dengan demikian seorang konselor
harus mampu membawa perasaan dan mengungkapnya hingga ke bagian dalam klien
agar si klien lebih terbuka dan dapat diterima sebagai konselee. Dengan begitu
klien bisa secara baik mengungkapkan apa yang dia rasakan oleh klien. Latihan
berempati melibatkan kemampuan memasuki dunia konselee melalui ungkapan-ungkapan
empati yang sekiranya dapat menyentuh perasaan dan memperlihatkan pada konselee
akan kepedulian kita pada mereka. Kemampuan anda melakukan empati akan membuat
konselee bersikap terbuka. Dengan demikian, konselee akan bersedia
mengungkapkan dunia dalam dirinya dengan cara yang jauh lebih baik. Dunia dalam
diri ini dapat berbentuk isi pikiran, emosi, maupun pengalaman hidupnya yang
tersembunyi; dan bahkan sisi kelam dalam dirinya.
Dan untuk lebih lengkapnya ada
dua macam empati adalah sebagai beriku :
a. Empati primer/ Primery Emphaty (PE), yaitu suatu perasaan bagaimana masuk ke dunia dalam klien merasakan apa yang diarasakan, dan dnegan perilaku attending . Jadi bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.
a. Empati primer/ Primery Emphaty (PE), yaitu suatu perasaan bagaimana masuk ke dunia dalam klien merasakan apa yang diarasakan, dan dnegan perilaku attending . Jadi bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.
Contoh ungkapan empati primer :
“Saya mengerti keinginan Anda”,
“Saya dapat memahami pikiran Anda”, “Saya dapat merasakan bagaimana perasaan
Anda”. Atau seperti ini, “anda merasa tidak aman ketika melihat dia. Saya
merasakan perasaan anda. Akan teteapi anda memiliki kekuatan untuk bangkit dan
pergi meninggalkannya.”
b. Empati tingkat tinggi yang lebih akurat/ Advanced Accurate Emphaty (AAE), yaitu konselor memberi empati yang lebih mendalam dan mengena sehingga pengaruhnya terasa lebih mendalam pada diri klien, dan pada gilirannya lebih emmbangkitkan suasanan emosional klien. Jadi empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
Misalnya:
“saya ikut terluka dengan penderitaan anda. Namun saya juga bangga dengan kemampuan daya tahan anda.”
“saya
ikut terhina dengan pengalaman keji yang anda alami namun saya salut terhadap
keuletan anda membela kebenaran.” Atau seperti ini, “saya merasakan perasaan
cemas yang anda alami. Saya ikut terluka dengan peristiwa tersebut. Namun saya
terkesan dengan kekuatan anda untuk bangkit meninggalkan dia.”
Hal diatas tersbutlah contoh
empati yang terbagi ke dalam dua macam. Yaitu empati primer dan empati tingkat
tinggi. Dan jika ditanya mana yang paling baik antar keduanya, dapat dikatakan
semuanya baik. Namun tergantung kepada masalah apa yang di hadapi klien dan
juga tergantung kepada klien yang seperti apa yang datang ke konseloor. Mengapa
demikian? Sebab klien yang datang ke kita sebagai seorang konselor banyak
karakteristiknya. Aneka ragam klien yang datang ke konselor ini ada 4 ragam,
yakni :
a. Klien suka rela, jika klien yang datang ke konselor dnegan kerelaan hatinya, mungkin bisa digunakan empati yang primer sebab kemungkinan klien yang datang dengan suka rela, dia tidak terlalu membutuhkan pengutan yang lebih dnegan empati.
b.
Klien terpaksa, jika yang datang klien yang seperti ini maka dapat digunakan
empati yang tingkat tinggi agar dia lebi merasa di terima di sana.
c.
Klien enggan. Sama juga menggunakan empati tingkat tinggi.
d.
Klien bermusuhan, hal ini dapat menggunakan empati tingkat tinggi. Sebab klein
ini memiliki sifat tertutup, menentang, bermusuhan dan senolak secara terbuka.
Jika demikian adanya maka dapat digunakan empati tingkat tinggi. Agar si klien
merasakan respeck dari konselor.
Dan dengan empati PE dan AAE
konselor akan mampu mengali keterbukaan diri klien. Hal ini membuat perasaan
klien terbuka lalu menyatakan perasaannya dengan bebas dan terus bergerak ke
arah pemahaman dan penyadaran diri. Akibatnya adalah klien menjadi rasional
dalam menghadapi maslaah sehingga melahirkan rencana-rencana yang realistis
untuk mengatasinya.
C.
Pengertian Refleksi dan Latihan Refleksi
Pada dasarnya refleksi itu adalah
suatu jenis teknik konseling yang sangat penting dalam hubungan konseling.
Sebab hal itu dapat digunakan dalam menangkap perasaan, pikiran dan pengalaman
klien kemudian merefleksikannya kepada klein kembali. Hal ini harus dilakukan
oleh seorang konselor sebab klien sering tidak menyadari akan perasaan,
pikiran, dan pengalaman yang mungkin menguntungkan atau merugikan bagi diri klien
sendiri.
Namun jika dia menyadari akan
perasaannya, maka mungkin klien akan mengubah perilakunya ke arah yang
positive. Akan tetapi tidak lah mudah bagi seorang calon konselor untuk
menangkap dan memahami perasaan, dan pikiran klien serta pengalaman, lalu
mengungkapkannya kembali kepada klien dengan bahasa konselor sendiri. Sebab hal
ini jika salah maka akan mengecewakan klien. Oleh sebab itu seorang konselor
penting untuk berkonsentrasi.
Untuk itu menurut Sofyan S.
Willis. Refleksif merupakan keterampilan konselor untuk memantulkan kembali
kepada klien tentang perasaan pikiran dan pengalaman klien sebagai hasil
pengamatan terhadapn prilaku klien sebagai hasil pengamatan terhadap prilaku
verbal dan non verbalnya.
Dan berbeda dengan apa yang
diungkap oleh Edi Kurnanto dalam bukunya yang berhudul Langkah-Langkah Penangan
Kasus Konseling, mengatakan bahwa refleksi adalah tekni untuk memantulkan
kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran dan pengalaman sebagai hasil
pengamatan terhadap tingkah laku klien verbal maupun non verbal.
Refleksi adalah menangkap isi
pikiran, perasaan, dan pengalaman konselee yang kita amati baik dari segi
bahasa lisan maupun bahasa tubuh; kemudian memantulkan (merefleksikan) kembali
hasil pengamatan kita tersebut kepada konselee. Refleksi merupakan suatu hal
yang sulit dilakukan karena menyangkut persepsi kita terhadap keadaan klien
dari setiap tutur kata maupun gerakan yang dilakukan konselee. Kita harus
berusaha mengetahui isi pembicaraan konselee, sekaligus membaca apa yang
sejujurnya sedang ia katakan kepada kita.
Dengan kata lain, upaya refleksi
merupakan upaya menggambarkan kembali isi komunikasi seseorang secara
menyeluruh. Kesulitan mempersepsi ini dapat terjadi karena tidak jarang
konselee mengatakan suatu hal tetapi bahasa tubuhnya menyertakan hal yang
bertentangan. Misalnya konselee menyatakan bahwa ia dalam keadaan yang
baik-baik saja, tetapi matanya berkaca-kaca, atau menarik napas dalam, atau
hidungnya kembang-kempis.
Jadi dengan demikian, dari
beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa refleksi adalah teknik untuk
menentukan kembali kepada Klien tentang perasaan, pikiran dan pengalaman
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya dan
refleksi dapat tercapai jika dalam konseling terdapat keterbukaan, kerelaan,
tidak ada ketegangan, kedekatan, dan objektivitas.
Oleh karena itu, konselor harus
mengupayakan agar hal tersebut terjadi dalam konseling yang dilakukannya. Isi
dari refleksi adalah memberikan umpan balik tanpa memberikan penilaian, tanpa
peduli apakah yang dikemukakan konselee kita ini baik maupun buruk. Respon yang
kita berikan terhadap isi komunikasi yang tidak terekspresikan atau gerakan
tubuh ini akan membuat konselee mempelajari atau menemukan hal-hal baru yang
belum mereka sadari berkaitan dengan permasalahan mereka.
D. Contoh Refleksi dan Aspek-Aspeknya
Untuk meyakinkan apakah respon
yang diberikan konselor tepat atau tidak, konselor hendaknya melakukan
pengecekan kembali dengan cara mengamati jawaban dan ekspresi klien setelah
respons itu disampaikan.Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu:
Refleksi perasaan, yaitu
keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan. Klien sebagai hasil
pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Klien. Suatu usaha konselor untuk
menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang esensial (perlu)
itu adalah refleksi perasaan. Hal ini merupakan teknik penengah yang bermanfaat
untuk digunakan setelah hubungan permulaan dibuat dan sebelum pemberian
informasi dan tahap interpretasi dimulai. Untuk itu perasan itu seperti :
positif, negative dan ambivalen.
Manfaat refleksi perasaan anatara
lain adalah sebagai berikut:
a.
Membantu individu untuk merasa dipahami secara mendalam
b. Klien merasa bahwa perasaan akan menyebabkan tingkah laku
c. Memusatkan evaluasi pada klien
b. Klien merasa bahwa perasaan akan menyebabkan tingkah laku
c. Memusatkan evaluasi pada klien
d.
Memperjelas cara berfikir klien
e.
Menguji keadaan motif-motif klien
Sebagai
contoh adalah sebagai berikut ini :
•
“Tampaknya yang Anda katakan adalah…. “ atau
•
“Barangkali anda merasa..”. atau
•
Juga barangkali anda merasa..”
a.
Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat
Klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Klien.
Contoh
:
•“Tampaknya
yang Anda katakan….”.
•“nampaknya
yang anda akan katakan adalah...”.
•
Atau adakah yang anda maksud..”.”
b.
Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman Klien
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Klien.
Contoh
:
•“Tampaknya
yang Anda katakan suatu…..”.
•“barang
kali yang anda utarakan adalah...”. atau
•“
adakah yang anda maksudkan adalah sebuah peristiwa ”
Contoh
dari refleksi adalah : Saat konselee berkata ’’Akan kupukul dia’’ maka konselor
mengatakan ’’Rupanya kamu marah sekali ya.’’
Aspek-aspek keterampilan refleksi
perasaan adalah:
a) Mengamati perilaku klien.
Pengamatan ini terutama ditujukan pada postur tubuh dan ekspresi wajah klien.
b) Mendengarkan dengan baik.
Penekanannya pada usaha mendengarkan dengan cermat intonasi suara klien dan kata-kata
yang diucapkan.
c) Menghayati pesan yang
dikomunikasikan klien.Tindakan ini dimaksudkan untuk memahami dan menangkap isi
pembicaraan klien.
d) Mengenali perasaan-perasaan yang
dikomunikasikan klien.
e) Menyimpulkan perasaan yang sedang
dialami klien.
f) Menyeleksi kata-kata yang tepat
untuk melukiskan perasaan klien.
g) Mengecek kembali perasaan
klien.
Adapaun untuk
contoh dialog adalah sebagai berikut:
Klien : “saya takut masuk sekolah
karena pasti guru akan memarahi saya. Tapi jika saya tidak masuk sekolah ayah
saya pasti akan marah besar.”
Kons : Perasaan_ “Nampaknya anda
sungguh sangat merasa sangat tertekan saat ini.”
Pikiran_ “Nampaknya anda sangat takut.”
Pikiran_ “Nampaknya anda sangat takut.”
Pengalaman_“Nampaknya yang anda
katakan peristiwa yang.....”
ATAU
Klien : Guru itu sialan, saya membencinya. Saya tidak akan mengerjakan PR-nya. Saya tidak akan mengerjakan bagaimana pun juga. “
Kons : “Tampaknya anda
sungguh-sungguh marah.”
BAB III
P ENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum seorang konselor
harus memiliki berbagai keterampilan atau teknik-teknik konseling yang
digunakan dalam proses konseling. Keterampilan yang harus dimiliki oleh
konselor yaitu Perilaku Attending, Empati, Refleksi, Eksplorasi, Menangkap
Pesan Utama (Paraphrasing), Pertanyaan Terbuka (Opened Question), Pertanyaan
tertutup (Closed Question), Dorongan minimal (Minimal Encouragement),
Interpretasi, Mengarahkan (Directing), Menyimpulkan sementara (Summarizing),
Memimpin (Leading), Fokus, Konfrontasi, Menjernihkan (Clarifying), Memudahkan
(Facilitating), Diam, Mengambil inisiatif, Memberi nasehat, Pemberian
informasi, Merencanakan, Menyimpulkan.
Dari segudang teknik tersebut diatas, dalam makalah ini hanya khusus membahas tentang empati dan refleksi.
Dari segudang teknik tersebut diatas, dalam makalah ini hanya khusus membahas tentang empati dan refleksi.
Sebagaimana kita ketahui
bahwasanya empati adalah sifat konselor tentang merasakan apa yang diarasakan
klien, masuk dke dalam pikiran klien. Sedangkan refleksi adalah kemampuan
seorang konselor untuk mengungkapkan kembali apa yang dikemukan oleh klien
dnegan bahasanya sendiri.
B. Kritik dan saran
Setelah menyelesaikan makalah ini
pasti banyak kekurangan daripada kelebihannya. Terutama karena penulis kurang
pengalaman dan kurangnya membaca literature yang ada. Sehingga membuat makalah
ini kurang sempurna dan bahkan tidak sempurna. Belum lagi ada wacana pembaca
yang kurang setuju dengan apa yang penulis tuliskan dalam makalah ini.
Oleh sebab itu penulis sangat membutuhkan saran dan kritik yang sangat membangun makalah. Kelak agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca danmakalah supaya lebih baik lagi.
Oleh sebab itu penulis sangat membutuhkan saran dan kritik yang sangat membangun makalah. Kelak agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca danmakalah supaya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, HM. 2003. Teori-teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta: PT Golden Teravon Press.
Edi Kurnanto, M., 2009. Langkah-Langkah Penangan Kasus Konseling : Modul Praktikum. Pontianak: STAIN Press
Edi Kurnanto, M.,
2007. Bimbingan Dan Konseling : Sebuah Pengantar Bagi Calon Konselor Dan
Guru Pembimbing Di Sekolah. Pontianak : STAIN Press
Sugiharto.(2005. Pendekatan dalam Konseling (Makalah).
Jakarta : PPPG. Bersumber dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com /18/03/2011
Surya, Muhammad. Psikologi Konseling. Bandung : pustak
Bani Quraisy. Hal: 144.Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
0 komentar:
Posting Komentar