28 Januari 2019

Makalah Mengevaluasi Dunia Sosial


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menerima berbagai macam respon dalam berbagai kondisi. Respon yang datang bisa dalam bentuk sikap pribadi maupun dalam kehidupan sosial kita.
Seperti halnya psikologi, ilmu sosial juga berkembang dan memberikan pemahaman serta pengertian yang beragam di masyarakat. Namun, sosial memiliki definisi yang relatif kaku seputar kehidupan dalam bermasyarakat.
Sosial diartikan sebagai suatu masyarakat, suatu komunitas, kelompok orang/warga. Dengan begitu, ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari, mengkaji dan memahami proses-proses yang berkembang di suatu masyarakat, kelompok.


B.     Rumusan Masalah
-          Bagaimana hubungan sikap dengan perilaku dalam kehidupan sehari-hari?
-          Bagaimana dan mengapa sikap berkembang?















BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pembentukan Sikap
Sikap atau attitude merupakan pernyataan evaluatif terhadap objek, orang, atau peristiwa, yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap diartikan oleh Secord dan Backman (dalam Nani, 2009) sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan  (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan di sekitarnya. Sedangkan menurut Fishbein (dalam Shaw dan Costanzo, 1982) yang mengungkapkan sikap sebagai respon implisit yang dipelajari, yang intensitas dan kecenderungannya mengarahkan respon overt individu terhadap suatu objek dapat bervariasi. Menurutnya, individu memiliki sikap terhadap semua objek, yang dapat bersikap positif, negatif, atau netral.
Menurut Sri (2008), sikap adalah bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap sesuatu dan pada akhirnya menentukan perilaku kita. Jika kita menyukai suatu objek maka kita cenderung untuk mencari tahu, mendekati, bahkan bergabung dengan objek tersebut. Lain hal jika kita tidak menyukai objek tersebut maka kita cenderung menghindar dan berusaha menjauhi objek tersebut.

B.     Faktor-Faktor Pembentukan Sikap
Menurut Azwar (2003), sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis  di sekelilingnya. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek sikap psikologis yang dihadapinya.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu:
1.             Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami oleh individu akan ikut terbentuk dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan atau penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologi. Penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif ataupun sikap negatif dan hal tersebut bergantung pada berbagai faktor lain. Middlebrook (dalam Azwar, 2003) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Winkel (1996) menambahkan jika objek sikap dinilai berguna, maka individu akan cenderung bersikap positif, sebaliknya jika tidak berguna cenderung bersikap negatif.
2.             Orang lain yang dianggap penting
Orang lain yang berada di sekitar individu merupakan salah satu di antara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap individu tersebut. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Di antara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, guru, dan lain-lain. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting.
3.             Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita
4.             Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan.
5.             Lembaga pendidikan serta Lembaga Agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu.
6.             Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang suatu bentuk sikap didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasu atau pengalihan bentuk pertahanan ego.


C.     Hubungan Sikap dan Perilaku
Adanya ketidaksamaan antara sikap dan perilaku, sudah diketahui oleh para pakar sejak lama. Hartshorne and May (1928) misalnya, menemukan bahwa kecurangan dalam hubungan dalam situasi tertentu(mencontek ulangan) belum tentu berkorelasi dengan kecurangan dalam situasi yang lain(misalnya, berbohong kepada teman di luar kelas).
Penelitian yang dilakukan oleh bagian psikologi sosial, fakultas psikologi Universitas Indonesia dikalangan sejumlah ibu dan balita di Jakarta, menunjukan bahwa sikap mereka terhadap pengobatan dengan oralit bagi anak-anak mereka yang menderita muntah berat adalah positif. Akan tetapi, pada saat kejadian yang sesungguhnya mereka akan menggunakan pengobatan tradisioanal.
Karena banyak penelitian membuktikan bahwa sikap tidak meramalkan perilaku, pendapat bahwa psikologi tidak perlu digunakan konsep sikap(sebagai faktor internal atau laten) tetapi langsung saja teliti perilakunya(pernyataan Wicker,1969 dalam buku Sarlito Wirawan)
Hubungan dengan hasil penelitian yang kontradiktif (Warner dan Defleur) mengemukakan tiga postulat, untuk mengidentifikasi tiga pandangan umum mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu:
1.            Postulat konsistensi
Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila ia dihadapkan pada suat objek sikap.
2.      Postulat Variasi independent
Postulat Variasi independent menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk menyimpulkan bahwa sikap dan perilaku berhubungan secara konsisten.
3.      Postulat konsistensi tergantung
Postulat konsistensi tergantung menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu.

Tampaknya postulat terakhir ini adalah postulat yang paling masuk akal dan paling berguna menjelaskan hubungan sikap dengan perilaku.

D.    Pembentukan dan Perubahan Sikap
Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui 4 macam cara:
1.            Adopsi
Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2.      Diferensiasi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.
3.      Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
4.      Trauma
Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.























BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan

Sikap atau attitude merupakan pernyataan evaluatif terhadap objek, orang, atau peristiwa, yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek sikap psikologis yang dihadapinya.
Adanya ketidaksamaan antara sikap dan perilaku, sudah diketahui oleh para pakar sejak lama. Hubungan Sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu.

B.     Saran

Kami dari kelompok VI, dalam menyusun makalah ini masih kekurangan referensi disebabkan buku-buku penunjang terbatas. Olehnya itu, kami berharap agar Bapak Dosen pengampu Mata Kuliah Bimbingan Konseling Pribadi-Sosial dapat memberikan penjelasan terkait materi sikap dan perilaku.














DAFTAR PUSTAKA


http;//www.google.co.id/search client=firefox-a&rls=org.mozilla%3aen-
Sarwono, Sarlito Wrawan.2002. Psikologi Social. Jakarta Balai Pustaka
Sobur ,Alex .2003. PsikologiUmum. Bandung: Pustaka Setia
Walgito, Bimo.2003. Psikologi Social SuatuPengantar, Yogyakarta: Andi Yogyakarta




0 komentar:

Posting Komentar