Berdaya dengan Menulis
"Menulis adalah salah satu jalan menuju keabadian".
Membaca dan Menulis
Membaca adalah aktivitas yang bisa dilakukan untuk menambah pengetahuan, setelah itu menulislah.
Belajar adalah proses pendewasaan
Belajar sejatinya tidak hanya seputar kegiatan formalitas, namun juga merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang menyenangkan.
29 Januari 2019
28 Januari 2019
Makalah Mengevaluasi Dunia Sosial
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita
sering menerima berbagai macam respon dalam berbagai kondisi. Respon yang
datang bisa dalam bentuk sikap pribadi maupun dalam kehidupan sosial kita.
Seperti halnya psikologi, ilmu
sosial juga berkembang dan memberikan pemahaman serta pengertian yang beragam
di masyarakat. Namun, sosial memiliki definisi yang relatif kaku seputar
kehidupan dalam bermasyarakat.
Sosial diartikan sebagai suatu
masyarakat, suatu komunitas, kelompok orang/warga. Dengan begitu, ilmu sosial
adalah ilmu yang mempelajari, mengkaji dan memahami proses-proses yang
berkembang di suatu masyarakat, kelompok.
B. Rumusan Masalah
-
Bagaimana
hubungan sikap dengan perilaku dalam kehidupan sehari-hari?
-
Bagaimana
dan mengapa sikap berkembang?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pembentukan
Sikap
Sikap atau attitude merupakan pernyataan
evaluatif terhadap objek, orang, atau peristiwa, yang mencerminkan perasaan
seseorang terhadap sesuatu. Sikap diartikan oleh Secord dan Backman (dalam
Nani, 2009) sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
aspek lingkungan di sekitarnya. Sedangkan menurut Fishbein (dalam Shaw dan
Costanzo, 1982) yang mengungkapkan sikap sebagai respon implisit yang
dipelajari, yang intensitas dan kecenderungannya mengarahkan respon overt
individu terhadap suatu objek dapat bervariasi. Menurutnya, individu memiliki
sikap terhadap semua objek, yang dapat bersikap positif, negatif, atau netral.
Menurut Sri (2008), sikap adalah bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap sesuatu dan
pada akhirnya menentukan perilaku kita. Jika kita menyukai suatu objek maka
kita cenderung untuk mencari tahu, mendekati, bahkan bergabung dengan objek
tersebut. Lain hal jika kita tidak menyukai objek tersebut maka kita cenderung
menghindar dan berusaha menjauhi objek tersebut.
B.
Faktor-Faktor
Pembentukan Sikap
Menurut Azwar (2003), sikap sosial terbentuk dari
adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial itu
meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan
psikologis di sekelilingnya. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek sikap psikologis yang
dihadapinya.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu:
1.
Pengalaman pribadi
Apa yang
telah dan sedang dialami oleh individu akan ikut terbentuk dan mempengaruhi
penghayatannya terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu
dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan atau penghayatan,
seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologi.
Penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif ataupun sikap negatif dan
hal tersebut bergantung pada berbagai faktor lain. Middlebrook (dalam Azwar,
2003) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek
psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.
Winkel (1996) menambahkan jika objek sikap dinilai berguna, maka individu akan
cenderung bersikap positif, sebaliknya jika tidak berguna cenderung bersikap
negatif.
2.
Orang lain yang dianggap penting
Orang lain
yang berada di sekitar individu merupakan salah satu di antara komponen sosial
yang ikut mempengaruhi sikap individu tersebut. Pada umumnya, individu
cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang
yang dianggapnya penting. Di antara orang yang biasanya dianggap penting bagi
individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman
sebaya, guru, dan lain-lain. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
keinginan untuk berafiliasi dan menghindari konflik dengan orang yang dianggap
penting.
3.
Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan
dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
sikap kita
4.
Media Massa
Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan.
5.
Lembaga pendidikan serta Lembaga Agama
Lembaga
pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam arti individu.
6.
Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman
pribadi seseorang, kadang-kadang suatu bentuk sikap didasari oleh emosi yang
berfungsi sebagai penyaluran frustasu atau pengalihan bentuk pertahanan ego.
C.
Hubungan
Sikap dan Perilaku
Adanya
ketidaksamaan antara sikap dan perilaku, sudah diketahui oleh para pakar sejak
lama. Hartshorne and May (1928) misalnya, menemukan bahwa kecurangan dalam
hubungan dalam situasi tertentu(mencontek ulangan) belum tentu berkorelasi
dengan kecurangan dalam situasi yang lain(misalnya, berbohong kepada teman di
luar kelas).
Penelitian
yang dilakukan oleh bagian psikologi sosial, fakultas psikologi Universitas
Indonesia dikalangan sejumlah ibu dan balita di Jakarta, menunjukan bahwa sikap
mereka terhadap pengobatan dengan oralit bagi anak-anak mereka yang menderita
muntah berat adalah positif. Akan tetapi, pada saat kejadian yang sesungguhnya
mereka akan menggunakan pengobatan tradisioanal.
Karena
banyak penelitian membuktikan bahwa sikap tidak meramalkan perilaku, pendapat
bahwa psikologi tidak perlu digunakan konsep sikap(sebagai faktor internal atau
laten) tetapi langsung saja teliti perilakunya(pernyataan Wicker,1969 dalam
buku Sarlito Wirawan)
Hubungan
dengan hasil penelitian yang kontradiktif (Warner dan Defleur) mengemukakan
tiga postulat, untuk mengidentifikasi tiga pandangan umum mengenai hubungan
sikap dan perilaku, yaitu:
1.
Postulat
konsistensi
Postulat
konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup akurat
untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila ia dihadapkan pada
suat objek sikap.
2.
Postulat Variasi independent
Postulat
Variasi independent menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk menyimpulkan bahwa
sikap dan perilaku berhubungan secara konsisten.
3.
Postulat konsistensi tergantung
Postulat
konsistensi tergantung menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan
oleh faktor-faktor situasional tertentu.
Tampaknya
postulat terakhir ini adalah postulat yang paling masuk akal dan paling berguna
menjelaskan hubungan sikap dengan perilaku.
D. Pembentukan
dan Perubahan Sikap
Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui
4 macam cara:
1.
Adopsi
Kejadian-kejadian
dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus,
lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi
terbentuknya suatu sikap.
2.
Diferensiasi
Dengan berkembangnya
intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka
ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas
dari jenisnya.
3.
Integrasi
Pembentukan
sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang
berhubungan dengan satu hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai
hal tersebut.
4. Trauma
Pengalaman
yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang
yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sikap atau attitude merupakan pernyataan evaluatif terhadap objek,
orang, atau peristiwa, yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Dalam
interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap
berbagai objek sikap psikologis yang dihadapinya.
Adanya
ketidaksamaan antara sikap dan perilaku, sudah diketahui oleh para pakar sejak
lama. Hubungan Sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor
situasional tertentu.
B.
Saran
Kami dari
kelompok VI, dalam menyusun makalah ini masih kekurangan referensi disebabkan
buku-buku penunjang terbatas. Olehnya itu, kami berharap agar Bapak Dosen
pengampu Mata Kuliah Bimbingan Konseling Pribadi-Sosial dapat memberikan penjelasan
terkait materi sikap dan perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
http;//www.google.co.id/search
client=firefox-a&rls=org.mozilla%3aen-
Sarwono,
Sarlito Wrawan.2002. Psikologi Social. Jakarta Balai Pustaka
Sobur ,Alex
.2003. PsikologiUmum. Bandung: Pustaka Setia
Walgito,
Bimo.2003. Psikologi Social SuatuPengantar, Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Skenario Konseling Kelompok Masalah Belajar
Konseling Kelompok adalah bantuan yang diberikan oleh konselor kepada beberapa individu (klien) dalam rangka mengentaskan masalah yang dihadapi. Dalam kegiatan konseling kelompok, seorang konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, sedangkan para siswa/peserta didik sebagai anggota kelompok. Masalah yang dibahas adalah masalah yang dialami oleh para anggota kelompok. Namun, dalam kegiatannya, perlu disepakati masalah siapa yang akan terlebih dahulu dibahas bersama. Anggota kelompok lain dapat memberikan saran atau masukan untuk dipertimbangkan oleh siswa yang masalahnya sedang dibahas.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini ada sebuah contoh skenario dalam kegiatan konseling kelompok :
Topik : Masalah Kurangnya minat belajar (masalah belajar)
TAHAP PEMBENTUKAN
|
||
Konseli
|
Assalamu ‘alaikum...
|
|
Konselor
|
Walaikum salam. Silakan masuk!
(konselor berdiri menyambut para siswa dan menyalami mereka)
Wahh,,,Ada Haslinda, sama teman-teman juga. Ayo, mari masuk nak!
|
|
Haslinda
|
Terima kasih, Bu!
|
|
Konselor
|
Nah, kalau ramai-ramai begini ke ruangan
Ibu kan lebih nyaman. Silakan duduk semuanya! Ibu ucapkan terima kasih kalian
sudah bersedia mengikuti kegiatan konseling kelompok pada hari ini. Oya,
bagaimana kabarnya?
|
|
konseli
|
Alhamdulillah baik, Bu!
|
|
Konselor
|
Baik. Nah, agar kegiatan kita ini
mendapatkan manfaat dan juga hikmah, kita berdoa dulu yah! Insya Allah apa
yang kita lakukan hari ini selalu mendapat petunjuk dari Allah. Siapa yang
mau memimpin doa?
|
|
Haslinda
|
Saya, Bu.
|
|
Konselor
|
Baik, Haslinda silakan!
|
|
Haslinda
|
Baiklah teman-teman. Semoga kegiatan
kita hari ini dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu terlebih dahulu kita
berdoa. Doa dimulai.
( para anggota kelompok berdoa dalam hati)
Selesai!
|
|
Konselor
|
Alhamdulillah. Nah, kita lanjutkan
yah. Kira-kira di sini ada yang belum saling kenal?
|
|
Haslinda
|
Kami sudah saling mengenal, bu. Malah
setiap hari sama-sama. Ada suarni, nur azizah, dan dirsan. Eh, tapi dirsan
tidak setiap hari bersama kami, Bu. Hehehe (seluruh anggota kelompok ikut
tertawa)
|
|
Konselor
|
Alhamdulillah kalu begitu. Selanjutnya,
Ibu ingin menyampaikan bahwa kegiatan kita sekarang ini dinamakan konseling
kelompok. Ada yang tahu apa itu konseling kelompok? Atau ada yang pernah
mengikuti?
|
|
Suarni
|
Saya pernah dengar, Bu. Tapi belum pernah mengikuti?
|
|
Konselor
|
oo...begitu. kalau yang lain?
|
|
Semua Anggota
|
Sama, Bu....ini baru pertama kali.
|
|
Konselor
|
Baiklah kalau begitu..Ibu akan
menjelaskan apa itu konseling kelompok. Konseling kelompok itu, kita
memanfaatkan proses dinamika kelompok untuk membantu individu yang mengalami masalah
yang dihadapi. Ada pemimpin kelompok yaitu Ibu sendiri, dan kalian sebagai
anggota kelompoknya. Bagaimana, sudah ada gambaran?
|
|
Semua Anggota
|
Iya Bu....
|
|
konselor
|
Selanjutnya, dalam kegiatan ini, kita
juga harus taat asas. Ada 4 asas dasar dalam kegiatan kita ini. Pertama yaitu
asas keterbukaan. Dimana, setiap anggota kelompok harus terbuka dalam
mengutarakan masalahnya. Dengan begitu, masalah yang dihadapi dapat
diselesaikan dengan baik.
|
|
Dirsan
|
Maksudnya, Bu? Jadi di sini kita buka rahasia dong?
|
|
Konselor
|
Tidak begitu juga maksudnya. Hanya
saja, ketika kita sepakati, ada hal-hal yang tetap menjadi rahasia pribadi
kalian. Namun, ketika masalah yang kita bahas nanti tidak disampaikan secara
terbuka, bagaimana dicari solusinya? Iya kan?
|
|
Dirsan
|
Iya Bu. Saya mengerti.
|
|
Konselor
|
Yang kedua, asas kesukarelaan. Jadi,
selain terbuka mengungkapkan masalahnya, tentu juga harus sukarela. Artinya
tidak dipaksa mengikuti kegiatan ini. Ada diantara kalaian yang Ibu paksa
datang?
|
|
Semua Anggota
|
Tidak Bu....
|
|
Konselor
|
Ketiga, asas kenormatifan. Maksudnya,
kita harus menghargai satu sama lain. Tidak menyela saat temannya
mengungkapkan pendapat. Terakhir, asas yang paling penting. Ada yang tahu?
|
|
Konselor
|
tadi Dirsan sempat menyinggung
rahasia-rahasia, asas yang keempat adalah asas kerahasiaan. Jadi, segala apa
yang dibahas disini yang terkait rahasia pribadi masing-masing, tidak boleh
dibocorkan di luar. Semua harus berjanji untuk saling menjaga rahasia.
Sepakat?
|
|
Semua Anggota
|
Sepakat....!
|
|
konselor
|
Untuk kegiatan ini kira-kira kita butuh waktu berapa menit?
|
|
Semua Anggota
|
Satu jam pelajaran saja, Bu....!
|
|
Tahap peralihan
|
||
Konselor
|
Baiklah. Kita sepakati satu jam
pelajaran saja. Sekarang, coba masing-masing ungkapkan masalah yang dihadapi.
Dimulai dari Haslinda dulu ya. Ayo silakan!
|
|
Haslinda
|
Saya bosan sekolah bu. Mending saya di
rumah nonton tv dan masak sambil mencoba resep baru, hehe
|
|
Suarni
|
Saya sebenarnya ingin sekolah, tapi
jarak rumah saya yang terlalu jauh, sehingga kesulitan untuk datang tepat
waktu.
|
|
Dirsan
|
Saya Alhamdulillah tidak pernah alpa
atau bolos. Cuma, saya merasa tidak cocok dengan jurusan yang saya ambil Bu,
sepertinya salah masuk jurusan, hehehe..
|
|
konselor
|
Alhamdulillah. Semua sudah
mengungkapkan masalahnya dengan terbuka. Sekarang, masalah siapa yang akan
kita bahas lebih dulu?
|
|
TAHAP KEGIATAN
|
||
Konselor
|
Nah, Dirsan. Sepakat usulan
teman-teman mu? Boleh kami dengarkan tentang masalah yang kamu hadapi?
|
|
Dirsan
|
Iya, Bu. Saya siap! Begini, Bu...,
teman-teman, sebelumnya, saya dipaksa ambil jurusan MIPA. Padahal saya tidak
terlalu suka dengan perhitungan. Jadi, kalaupun saya masuk kelas selama ini,
saya tidak terlalu serius mengikuti mata pelajarannya. Nilai sya juga tidak
bisa dibilang bagus, selalu rendah. Sepertinya saya selalu merasa menyesal
masuk jurusan ini.
|
|
Haslinda
|
Padahal jurusan MIPA itu keren loh, hehehe
|
|
Suarni
|
Apakah kamu belum pernah mengikuti bimbingan peminatan jurusan?
|
|
Disan
|
Belum.
|
|
Haslinda
|
Biasanya, kita kan diminta untuk bimbingan terkait pemilihan jurusan.
|
|
Dirsan
|
Itu juga masalahnya. Dulu, saya lebih
mengikuti saran teman-teman di kelas. Apalagi katanya jurusan itu tergolong
banyak diminati.
|
|
Suarni
|
Sebaiknya kamu konsultasi lagi. Ini
kan terkait karir kamu nanti. Sayang sekali kalau tidak kamu manfaatkan
kesempatan ini. Banyak orang yang ingin masuk di jurusan tersebut tapi tidak
punya kesempatan. Kamu beruntung. Sekalian ikut bimbingan karir yang diadakan
guru BK.
|
|
Haslinda
|
Betul itu, coba saja konsultasi dulu.
|
|
Dirsan
|
Saya malu...
|
|
Dirsan
|
( menghela napas panjang)
Baiklah. Insya Allah saya akan coba teman-teman.
|
|
Konselor
|
Nah, bagaimana, apakah sudah lumayan
lega bisa berbagi dengan teman-temanmu?
|
|
Dirsan
|
Iya Bu. Alhamdulillah! Terima kasih teman-teman atas sarannya
|
|
TAHAP PENUTUP
|
||
Konselor
|
Baiklah. Sepertinya waktu kita juga
sudah habis. Kita cukupkan sampai di sini untuk pertemuan pertama kita.
Sebelum kita tutup, ada yang mau berikan tanggapannya?
|
|
Haslinda
|
Saya rasa, kegiatan konseling kelompok
ternyata menyenangkan, Bu. Kita bisa curhat-curhatan, hehe
|
|
Suarni
|
Iya, apalagi, kita bisa saling memberi masukan
|
|
|
( yang lain mengangguk, setuju)
|
|
Konselor
|
Jadi, untuk pertemuan selanjutnya
kapan? Sekaligus kita dengarkan perkembangan masalahnya Dirsan dan
mendengarkan masalah teman kalian yang lain juga.
|
|
Semua Anggota
|
Minggu depan saja, Bu.
|
|
Konselor
|
Baiklah. Insya Allah minggu depan kita
bertemu lagi ya. Ingat, tetap jaga asas yang ibu sebutkan tadi. Termasuk asas
yang terakhir. Asas apa anak-anak?
|
|
Semua Anggota
|
Rahasia...............Bu!!! (seluruh anggota tertawa)
|
|
Konselor
|
Bagus...mantap. Kita tutup kegiatan
kita, silakan kembali ke kelas! Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh!
|
|
Semua Anggota
|
Waalaikum salam warahmatullahi
wabarakatuh ( semua peserta menyalami konselor, kemudian meninggalkan
ruangan).
|